BPPT Berkomitmen Lakukan Percepatan Pengembangan Industri Bahan Baku Obat Dalam Negeri
Jumat, 21 Februari 2020
Edit
JAKARTA, FC - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berkomitmen kuat untuk melakukan percepatan pengembangan industri bahan baku obat dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan impor.
Komitmen ini dilandasi keprihatinan bahwa hampir 95 persen bahan baku obat (BBO) yang dibutuhkan Indonesia masih diimpor dari luar negeri, salah satunya adalah Antibiotik Amoksisilin sebanyak 1.200 ton per tahunnya.
Deputi Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB) BPPT, Soni Solistia Wirawan mengatakan produk Amoksisilin ini banyak digunakan di Indonesia untuk pengobatan lini utama pada infeksi bakteri gram positif dan gram negatif, yang hingga saat ini masih tinggi jumlahnya di Indonesia.
"Sebagai salah satu institusi litbang di dalam negeri, menurut Soni, BPPT memiliki peran utama dalam melakukan kaji dan terap teknologi," kata Soni, Kamis (20/2), saat acara Penandatanganan Kesepakatan Bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Bidang Bahan Baku Obat dan Sedian Farmasi PT. Mersifarma Timaku Mercusana dan Sekolah Farmasi ITB, di Ruang VIP, Gd. 2 BPPT Lt. 3, Jl. M. H. Thamrin no. 8 Jakarta Pusat.
Keterlibatan BPPT dalam pembangunan industri bahan baku obat Amoksisilin ini merupakan perwujudan peran BPPT, untuk memberikan solusi terhadap permasalahan teknologi nasional. A
sendiri pernah diproduksi di Indonesia pada 1987, namun tidak bisa bersaing karena biaya produksi yang tinggi akibat bahan intermediate 6-APA (6-aminopenicillanic acid) dan Dane Salt (D-p-Hidroksifenilglisin) masih impor.
"BPPT melakukan kaji terap teknologi untuk menghasilkan 6-APA yang selanjutnya dikombinasi dengan Dane Salt yang dihasilkan oleh Farmasi ITB. Kemudian, dilakukan upscaling sintesa amoksisilin dari kedua bahan intermediate itu. Selanjutnya, PT Mersifa akan melakukan proses produksi pada skala industri," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Mersifarma F Tirto Koesnadi, mengungkapkan amoksisilin yang berperan sebagai antibiotik saat ini masih sangat besar dipakai masyarakat Indonesia.
Semoga kerja sama ini dapat menjadi jembaran untuk membawa Indonesia menuju kemandirian bahan baku obat, utamanya amoksisilin.
"Jika pengembangan obat amoksisilin berhasil sampai ke industri maka diharapkan dapat dilanjutkan untuk bergerak ke pengembangan bahan baku obat lain di masa mendatang," kata Tirto.
Dekan Sekolah Farmasi ITB, Daryono Hadi berharap hilirisasi hasil riset ini dapat berkontribusi guna mendukung industri nasional mandiri dalam penyediaan bahan baku. (dade)