Rahman Haru Dan Gembira Ikuti Prosesi Wisuda Online Di Tengah Masa Pandemi Covid 19
Kamis, 24 September 2020
Edit
FOKUS CIREBON, FC - Rahman, wisudawan IAIN SNJ Cirebon menyatakan rasa harunya sekaligus gembira bisa mewisuda dirinya bersama mahasiswa lain, walau harus dilakukan secara online, Kamis (24/9/2020).
Pria berkacamata ini, hanya bisa mengikuti aturan kampus, karena memang kampus pun mengikuti anjuran pemerintah lantaran masih dalam masa pandemi covid 19.
"Ya pasti haru mas, karena ini masa di mana kami harus mengikuti wisuda secara online, karena prosesinya harus berjauhan dan semua harus mengikuti protokol kesehatan karena masih dalam masa pandemi covid 19," paparnya.
Sementara itu, Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr H Sumanta Hasyim MAg, menyatakan bahwa prosesi wisuda online ini baru pertama bagi IAIN Cirebon karena di tengah masa pandemi covid 19.
Kendati demikian, ini tidak mengurangi kegembiraan para wisudawan, yang sudah mampu menyelesaikan program studinya.
Sumanta juga menjelaskan, bahw diusianya yang ke-55 tahun, IAIN Syekh Nurjati telah mampu mendapatkan beragam prestasi yang membanggakan. Segenap civitas akademika senantiasa berupaya untuk mengukuhkan IAIN Syekh Nurjati sebagai Universitas yang Unggul dan Terkemuka dalam Pengembangan integrasi keilmuan berbasis kearifan lokal.
Beberapa capaian yang membanggakan IAIN Syekh Nurjati pada tahun 2020 antara lain; Peringkat 102 nasional PT se Indonesia, peringkat 9 PTKIN dan peringkat 2 level IAIN dalam indeksasi Webometrics.
Peringkat 4 IAIN yang paling diminati di Indonesia dengan pendaftar SPAN-UMPTKIN tahun 2020 sebanyak 6458 mahasiswa baru.
Kemudian peringkat 2 level IAIN dalam indeksasi SINTA sebagai perguruan tinggi paling produktif dalam karya penelitian. Selain capaian transformasi kelembagaan dari IAIN menjadi UIN Syekh Nurjati pada tahun 2021 mendatang.
"Tentu kita patut bersyukur dan berbangga karena mampu menjadi lulusan perguruan tinggi negeri dengan sederetan prestasi. Hal ini tentu tidak dapat diraih tanpa adanya perjuangan dari berbagai pihak," terangnya.
Sumanta juga menjelaskan, wisuda virtual ini adalah bagian dari pelayanan yang diberikan IAIN Syekh Nurjati, ini tidak lain adalah upaya untuk tetap menjaga esensi sebuah kelulusan dan membuat momen wisuda menjadi hal yang istimewa dan bermakna.
Demikian juga bahwa IAIN Syekh Nurjati tidak pasif dalam memberikan pelayan terbaik pada masa pandemi, sesungguhnya keinginan kita bersama wisuda offline, dengan menumpahkan ekspresi kebahagiaan bersama orang tua, handaitolan, para undangan dan seluruh sivitas akademika sebagai tahadduts binni’mah, akan tetapi kata pepatah maksud hati memeluk gunung apadaya tangan tak sampai.
"Kita mengedepankan sebuah kaidah “mencegah kemudorotan lebih dikedepankan dari pada mencari kemaslahatan” katanya
Terkait transpormasi kelembagaan, Sumanta menyampaikan, bahwa pada tanggal 9 September 2020 kita telah melakukan presentasi proposal alih status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syekh Nurjati.
Assesment yang dilakukan berdasarkan ketentuan PMA Nomor 20 tahun 2020 menempatkan kita pada tingkat kelayakan untuk bertransformasi dan InshaAllah dengan doa kita bersama pada tahun 2021 kita akan resmi beralih status.
Untuk memberikan pelayanan prima kepada sivitas akademika dan masyarakat, perubahan tata kelola kelembagaan Satker PNBP menjadi BLU pun dilakukan. Untuk mewujudkan invensi, kreativitas, inovasi dan kemandirian lembaga.
Namun pada sisi yang lain, alumni IAIN Syekh Nurjati juga merupakan agen perdamaian dan islam yang menyejukkan. Wawasan moderasi beragama yang dipelajari perlu terus disebarkan kepada setiap lapisan masyarakat.
Signifikansi ini paling tidak dilandasi oleh tiga tujuan mewujudkan Islam yang Rahmatan Lil Alamin. Pertama, kehadiran agama untuk menjaga martabat manusia dengan pesan utama rahmah (kasih-sayang). Kedua, pemahaman bahwa pemikiran keagamaan bersifat historis, sementara realitas terus bergerak secara dinamis, sehingga kontekstualisasi adalah keniscayaan, tidak justru terjebak pada teks yang melahirkan cara beragama yang ekslusif. Ketiga, tanggung jawab kita untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia dari siapa saja yang ingin merongrong kehormatanya.
"Ini merupakan tantangan kita bersama bagaimana perspektif moderasi dalam pemahaman teks-teks keagamaan dan kehidupan praksis sosial ini menjadi life style bagi masyarakat khususnya generasi milenial yang tengah lelap dengan pola kehidupan disruptif," kata Sumanta. (nur)