Fifi Novianty, Alumni IAIN Cirebon Jadi Lulusan Magister Tercepat dan Terbaik di UIN Yogyakarta
FOKUS CIREBON, FC - Pipi gadis cantik ini kembali merona. Setelah berhasil meraih gelar S1 dengan predikat cumlaude di IAIN SNJ Cirebon pada beberapa tahun lalu, kini kembali merajut sukses dengan predikat cumlaude di S2 nya di UIN Jogyakarta.
Pada tahun 2019 lalu, dia berhasil menyelesaikan pendidikan S1 di kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon hanya dalam waktu 3,5 tahun dan menyabet predikat cumlaude.
Setelah lulus S1, Fifi langsung melanjutkan S2 dengan jurusan yang sama di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dia berhasil masuk ke kampus itu melalui jalur prestasi dan kini telah dinyatakan lulus di jenjang S2-nya hanya dalam waktu 1,5 tahun dan kembali menyabet predikat cumlaude.
Atas prestasinya itu, gadis cantik kelahiran Cirebon ini pun berhasil menyandang predikat mahasiswa terbaik dan lulus tercepat Program Magister KPI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2021.
Di masa perkuliahan, Fifi menjadi asisten salah satu dosen Universitas Gajah Mada (UGM) dan ditunjuk menjadi asisten dosen untuk mengajar di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sebagai asisten, dia mendapat tugas, seperti mengurus penyusunan dan publikasi jurnal terindeks scopus maupun mengajar di sejumlah kelas di UIN Yogyakarta.
Tidak hanya itu, Fifi pun membantu penyusunan sejumlah buku yang kini telah menjadi karya UGM. Seperti buku yang berjudul “Jurnalisme Muslim” dan buku Kuliah Kerja Nyata (KKN) UGM berjudul Universitas Gadjah Mada Berkhidmat Secara Manusiawi di Jalan Pengabdian kepada Masyarakat.
“Alhamdulillah, Bapak Ketua Prodi KPI S2 UIN Yogyakarta juga memberi kepercayaan kepada saya untuk mengajar di beberapa kelas S1 di UIN Yogyakarta dan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta,” jelas Fifi, Rabu (7/4/2021).
Dia mengaku, tugas sebagai asisten tersebut menjadi sebuah tantangan tersendiri untuk dirinya. Karena, Fifi harus mengatur waktu dengan baik agar kewajibannya sebagai mahasiswa dan asisten dosen dapat dikerjakan dengan baik.
“Meski dengan banyak pekerjaan yang saya emban semasa kuliah, tapi Alhamdulillah perkuliahan saya tidak terganggu bahkan bisa menjadi lulusan tercepat dan terbaik. Yang penting harus bisa mengatur waktu agar semuanya dapat dikerjakan dengan baik dan terpenting jangan menunda-nunda pekerjaan, seperti tugas maupun revisian. Karena bagi saya jika menunda itu sama saja menunda kelulusan. Kuncinya itu aja,” ujarnya.
Bahkan, ungkap Fifi, kesempatan untuk menjadi asisten peneliti dan asisten dosen tersebut menjadi sebuah pengalaman yang sangat berharga. Pasalnya, dirinya bisa mendapat kesempatan mengerjakan berbagai hal yang luar biasa bersama orang-orang yang hebat dan mendapat ilmu yang sangat berharga.
“Saya mau mengucapkan terima kasih kepada dosen-dosen S2 KPI UIN Yogyakarta, terutama kepada Bapak Kaprodi Dr. Hamdan Daulay, M.Si., M.A serta dosen UGM dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Bapak Ana Nadhya Abrar, M.E.S., Ph.D yang telah membimbing Tesis saya dengan sangat sabar dan luar biasa banyak sekali ilmu yang saya dapatkan,” tuturnya.
Juga, imbuh dia, kepada Dekan FUAD IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Bapak Dr. Hajam, M.Ag yang selalu menyemangati dirinya hingga bisa melewati segala rintangan dan sampai di posisi ini. Fifi mengungkapkan, mereka adalah orang-orang luar biasa yang telah membentuk pribadinya hingga seperti ini.
Ketua Program Studi (Kaprodi) S2 KPI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr. Hamdan Daulay, M.Si., M.A., memaparkan, proses perkuliahan yang Fifi jalani sebenarnya sama saja dengan mahasiswa lainnya. Hanya, kata dia, yang membuat cepat atau lambatnya perkuliahan adalah penyusunan penelitian sebagai tugas akhir.
“Proses perkuliahannya sama dengan yang lain, karena kita itu paket 4 semester, itu sudah ada paketnya. Semua mahasiswa sama, sama-sama rajin. Hanya proses pengerjaan tesis saja yang membedakan,” jelasnya.
Sementara itu, Dekan FUAD IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr. Hajam, M.Ag mengungkapkan, dirinya telah mengenal Fifi sejak dia menempuh jenjang S1 di kampus setempat. Bahkan, dirinya pun mengetahui suka duka dan perjuangan anak pertama dari empat bersaudara ini untuk menyelesaikan perkuliahannya.
“Waktu S1 dulu toko orang tua Fifi itu terbakar dan itu membuat stabilitas perkuliahan Fifi terganggu. Tapi itu menjadi titik balik, dengan penuh semangat Fifi bangkit. Agar bisa tetap berkuliah Fifi berjualan roti di kampus sambil kuliah. Dia menjajakan roti ke teman-temannya dan dosen-dosen, dan saya menjadi salah satu pelanggan setianya juga,” ungkapnya.
Hajam mengaku, dirinya merasa bangga atas kegigihan Fifi tersebut hingga dia berhasil menyelesaikan S2. Untuk itu, kata dia, Fifi ini dapat menjadi contoh yang baik untuk ditiru oleh mahasiswa-mahasiswa lain agar tidak mudah menyerah dan selalu semangat menghadapi berbagai kesulitan.
“Yang berbeda dari Fifi ini adalah semangatnya. Mudah-mudahan ini bisa dicontoh yang lain. Semoga Fifi juga tidak hanya berhenti di S2, saya inginnya Fifi melanjutkan S3. Selalu semangat dan terus melakukan yang terbaik,” harapnya. (din)