Ruang Perempuan Indonesia; Solusi Realistis Lawan Diskriminatif
Oleh : Mukhamad Adnil Faisal
Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Syekh Nurjati, Cirebon
Negeri ini gugup, mengunci diri dalam ruang kebudayaan politik Dipaksa maju oleh tarikan kemunduran peradaban. Jeritan perempuan dibungkam habis-habisan oleh doktrinal kekuasaan. Yen ora melu edhan, ora kedhuman. Indonesia kehilangan diri. Keyakinan purba didaur ulang ambisi absolutisme serta ideologi dan dogma membeku dalam kebijakan sosial. Konsep feminisme dalam diskursus abad 21 nyatanya tak menoreh angan. Ambisi paradox memusuhi kemajemukan hidup dan mental perempuan Indonesia.
Stereotip dan dilema paradoksal diatas secara implisit membuktikan bahwa perempuan Indonesia belum merdeka seutuhnya. Kesenjangan perempuan masih dirasakan. Begitupun dengan kekerasan, baik fisik maupun psikis, berkembang tiada tertahan.
Menilik data Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian Bappenas, 29 persen dari perempuan keluarga miskin belum terdaftar jaminan kesehatan nasional pada tahun 2007. Selain itu, selama 12 tahun terakhir, kekerasan terhadap perempuan meningkat. Pada tahun 2019, ada 431.000 kasus ditemui. Adapun, ketimpangan gender di Indonesia masih tinggi yang membuat perempuan sulit mendapatkan haknya baik ditilik dari sisi sosial hingga ekonomi. Berdasarkan catatan Global Gender Gapp Report, posisi Indonesia di 83 dari 153 negara. (Prakoso, 2020)
Dengan memperhatikan permasalahan sebelumnya, penulis bermaksud ingin berkontribusi dengan memberikan, gagasan berbentuk gerakan sosial bernama Ruang Perempuan Indonesia yang berfokus terhadap peningkatan kualitas pendidikan dan kebebasan bagi perempuan Indonesia.
Pendidikan menjadi dasar yang paling penting bagi kehidupan manusia, dengan pendidikan seseorang dapat meningkatkan hidup dan kehidupannya. Pendidikan tersebut tentunya didapatkan dengan pengajaran. Pengajaran harus diberikan pada setiap orang untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas. Sehingga hak yang dimiliki oleh seorang perempuan tidak lepas dari hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran.
Pengaturan mengenai hak tersebut dapat kita temukan dalam instrumen nasional kita. Pengaturan yang bersifat khusus melindungi hak perempuan dapat ditemukan dalam pasal 48 UU HAM yang menyebutkan bahwa “Perempuan berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran di semua jenis, jenjang dan jalur pendidikan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan”. (Khazim & Arifin, 2003).
Ruang perempuan Indonesia hadir untuk memberikan kontribusi dalam program yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesetaraan dan mengakkan hak-hak perempuan serta membebaskan perempuan dalam mencapai kemerdekaan yang seutuhnya.
Program yang tentunya akan menjadi wadah dan jembatan bagi perempuan mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan diantarannya, pertama, education, character and creativity training. Tiga aspek yang harus ditonjolkan oleh seorang perempuan yang tidak hanya kecantikaan melainkan kualitas pendidikan yang mampu ditorehkan, karakter dan kepribadian baik senantiasa diterapkan serta pengembangan kreativaitas minat dan bakat untuk meraih mimpi dan angan. Meneruskan perjuangan kartini yang membela dan memperjuangkan hak pendidikan untuk semua perempuan tanpa membedakan golongan dan jabatan.
Kegiatan pelatihan tersebut disi dengan materi pelatihan pendidikan formal, edukasi kesehatan reproduksi remaja, anti napza dan seks bebas yang bekerja sama dengan organisasi Generasi Berencana (Genre). Selain itu, perempuan Indonesia juga dibekali dengan pelatihan life skill seperti desain grafis, membatik, public speaking, menari, menyanyi dan kegiatan lainnya. Tidak sampai disitu, perempuan Indonesia juga akan dibekali pelatihan mental dan spiritual yang baik oleh deputi keagamaan kantor kementerian agama di masing-masing daerah dalam membentuk karakter dan kepribadian yang baik serta mampu mencegah hal-hal buruk yang datang dalam proses perjalanan hidupnya
Kedua, womens’s communication privacy space. Komunikasi menjadi hal terpenting dalam setiap permasalahan. Menilik dan meninjau kasus kekerasan yang terjadi dikalangan perempuan, sebagian besar dikarenakan perempuan tidak berani untuk melapor dan membuka suara dalam menumpas persoalan. Tidak hanya itu, angan dan mimpi perempuan lebih banyak dipendam daripada diutarakan. Hal ini membuat perempuan kehilangan haknya untuk mendapatkan pendidikan. Padahal perempuan berhak bersuara, perempuan berhak untuk menolak dan perempuan berhak untuk menentukan jati diri dan mimpi dalam hidupnya. Womens communication privacy space hadir untuk membantu perempuan Indonesia berani bersuara, melalui digital platform secara online ataupun konsultasi secara offline dengan beberapa ahli yang nantinya perempuan Indonesia akan diedukasi tentang permasalahan yang dihadapi sehingga tidak salah dalam melangkah dan menentukan sebuah pilihan serta mampu menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapkan.
Tidak ada taruhan bagi perempuan selain tak menemukan yang lebih berarti daripada mengikuti kata hati. Keberanian membela diri yang kita cintai, berani bersuara untuk tidak dieksploitasi, memberantas hak-hak yang habis-habisan digali oleh oknum yang tidak punya hati, membantu sesama untuk mengubah dogma bahwa perempuan diam dan dilarang menyuarakan diri dan mimpi serta membuktikan bahwa perempuan pun bissa berbangga dengan segenap jati diri dan mimpi di atas kakinya sendiri.
Ketiga, women village inspiration. Program ini berkaitan dengan aktualisasi pelatihan yang sudah dilaksanakan. Perempuan Indonesia mengedukasi anak-anak dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik dari segala lini kehidupan diantarannya ekonomi, kesehatan, pendidikan dan lingkungan. Kegiatan ini diisi dengan perempuan mengajar, perempuan berbagi dan perempuan menginspirasi. Harapannya, perempuan bisa mendapatkan kebebasan ruang untuk mengeksplor dirinya dan memberikan dampak bagi lingkungan sekitar dalam upaya pembangunan daerah yang berkualitas melalui pintar desanya maju negaranya.
Melalui perempuan mengajar, akan lahir generasi unggul yang menjadi harapan bangsa dalam balutan pendidikan dan kelembutan seorang perempuan, meningkatkan kuliatas hidup dan kehidupan, memanusiakan manusia demi kemanusiaan, membela kebebasan demi kemerdekaan, berjuang melawan kebodohan demi memajukan pendidikan dan kesetaraan, tanpa membedakan jalur pendidikan, pangkat jabatan, sosial dan golongan. Semua perempuan sama untuk dihadapkan, istimewa tanpa perlu dibanding-bandingkan, hebat yang tidak butuh diagung-agungkan. Perempuan cukup dihargai dengan segala keberadaan, tidak perlu merasa bahwa perempuan lemah dan perlu suatu tindakan yang berlebihan, semua perempuan kuat dan mampu menguatkan, lembut dalam kehangatan, pintar dalam menebar kebaikan, jujur dalam setiap keadaan.. Perempuan istimewa, dimata manusia maupun tuhan.
Pada akhirnya, ruang perempuan Indonesia menjadi tonggak awal kembalinya nilai-nilai femenisme yang selama ini banyak dibicarakan dan sebagai wujud serta aksi nyata kepedulian untuk meretas semua diskriminasi yang diterima oleh perempuan di segala aspek kehidupan. Selain itu, penulis berharap suksesnya misi ini, dapat menurunkan jumlah kasus dan permasalahan yang berkaitan dengan kekerasan perempuan serta perempuan Indonesia menjadi manusia mandiri, berkualitas, berintegritas, berkarakter, berpendidikan dan berani mengungkap hak dan suara kebenaran.